Sabtu, 24 September 2016

Makalah Psikologi Dakwah

Pengertian, Objek, dan Metode Psikologi Dakwah


BAB I
 PENDAHULUAN 

A. Latar Belakang 

      Psikologi dan Dakwah merupakan ilmu pengetahuan yang saling berhubungan, saling melengkapi, saling mengisi dan saling terkait satu dengan yang lainnya. Untuk mengetahui keterkaitan antara keduanya maka harus mengetahui pengertiannya. Setiap ilmu pengetahuan mempunyai objek tersendiri begitu pula psikologi dakwah yang masing –masing mempunyai objek yang berbeda. Untuk mengetahui pengertian objek psikologi perlu dicoba terlebih dahulu meletakkan dasar pertemuan dua disiplin ilmu psikologi dan dakwah. Dalam hal metode psikologi dakwah pada dasarnya tidak jauh berbeda dari psikologi pada umumnya karena sebagai disiplin ilmu yang masih baru, psikologi dakwah belum dapat melahirkan suatu rangkaian metode sendiri. Oleh sebab itu, metode psikologi dakwah dapat menggunakan metode psikologi umum, psikologi social bahkan agama. 

B. Rumusan Masalah 
             Dari latar belakang di atas maka dapat rumusan masalahnya yaitu: 
                 1. Apakah yang di maksud dengan psikologi dakwah? 
                 2. Apakah objek dalam psikologi dakwah? 
                 3. Apa sajakah metode yang di gunakan dalam psikologi dakwah? 

C. Tujuan dan Manfaat 
              Adapun tujuan dan manfaat pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari dosen pembimbing, selain itu untuk menjelaskan psikologi dakwah, objek psikologi dakwah dan metode-metode yang digunakan dalam psikologi dakwah. 


BAB II
 PEMBAHASAN 

A. Pengertian Psikologi Dakwah 

             1. Psikologi 

         Psikologi menurut bahasa berasal dari kata Yunani yang terdiri dari dua kata, psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu. Jadi, psikologi secara bahsa dapat diartikan sebagai ilmu jiwa. Namun dalam sejarah perkembangannya kemudian arti psikologi menjadi ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia yang merupakan gejala dari jiwanya. Ini disebabkan karena jiwa yang mengandung arti yang abstrak itu sukar dipelajari secara objektif . 

             Definisi psikologi juga telah mengalami proses dan perkembangan yang begitu panjang. Pada zaman renaisence, Rene Descartes pernah mengatakan, psikologi adalah ilmu tentang kesadaran. Pada masa yang sama George Berkeley mengemukakan bahwa psikologi adalah ilmu tentang pengindraan. 

            Beberapa sarjana modern mencoba mengemukakan beberapa definisi psikologi di antaranya Wilhelm Wundt, seperti yang dikutip oleh H.M. Arifin mendefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari atau menyelidiki pengalaman yang timbul dalam diri manusia, seperti pengalaman pancaindra, merasakan sesuatu, berpikir, berkehendak, dan bukan mempelajari pengalaman yang di luar diri manusia, karena pengalaman yang demikian menjadi objek kajian ilmu pengetahuan alam. 

             2. Dakwah 

            Dari segi bahasa dakwah adalah menyeru, mengajak, memanggil, mengundang, mendoakan yang terkandung di dalamnya arti menyampaikan sesuatu pada orang lain untuk mencapai tujuan tertentu. Seperti dalam firman Allah surat Yunus ayat 25: 

           Artinya: “Allah menyeru (manusia) ke darussalam (surga), dan menunjuki orang yang      dikehendaki-Nya kepada jalan yang Lurus (Islam)”.

          Dakwah sebagai suatu kegiatan ajakan baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku dan sebagainya yang dilakukan secara sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi orang lain secara individual, maupun secara kelompok supaya timbul dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran, sikap penghayatan serta pengamalan terhadap ajaran agama sebagai message yang disampaikan kepadanya tanpa adanya unsur-unsur paksaan. ( Arifin, 200:6). 

          Dengan demikian dakwah dapat di artikan sebagai usaha mempengaruhi orang lain agar mereka bersikap dan bertingkah laku seperti apa yang didakwahkan oleh da’i. sedangkan dakwah islam adalah upaya mempengaruhi orang lain agar mereka bersikap dan bertingkah laku islami (memeluk agama Islam). 

             3. Psikologi Dakwah 

              Berdasarkan definisi-definisi psikologi dan dakwah, maka psikologi dakwah dapat di artikan sebagai ilmu yang berusaha menguraikan, meramalkan, dan mengendalikan tingkah laku manusia yang terkait dalam proses dakwah. Psikologi dakwah dapat didefinisikan juga sebagai ilmu pengetahuan yang bertugas mempelajari/membahas tentang segala gejala hidup kejiwaan manusia yang terlibat dalam proses kegiatan dakwah. Selain itu, psikologi dakwah merupakan alat bantu juru dakwah dan para da’I untuk memperoleh pengertian tentang factor-faktor psikologis yang mempengaruhi tingkah laku manusia sebagai objek dakwah serta untuk mendapatkan pengertian praktis mengenai penyampaian dakwahnya secara metodologis kepada sasaran agar tujuan dakwah dapat dicapai secara efektif, efisien, intensif atau secara lebih optimaldan maksimal. (Kafie, 1993:67)

           Jadi psikologi dakwah adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia (aspek psikis) yang mungkin dapat dimanfaatkan dalam proses pelaksanaan dakwah (aspek dakwah) demi tercapainya tujuan dakwah secara maksimal dan optimal. (Ginda, 2008:10). 

           Sedangkan tujuan dari psikologi dakwah adalah membantu dan memberikan pandangan kepada da’i tentang pola dan tingkah laku para mad’undan hal-hal yang mempengaruhi tingkah laku tersebut yang berkaitan dengan aspek kejiwaan (psikis) sehingga mempermudah para da’i untuk mengajak mereka kepada apa yang dikehendaki oleh ajaran islam. (Faizah, 2006:9) 

 B. Objek Kajian Psikologi Dakwah 

             Dalam kamus ilmiah, objek berarti sasaran, hal, perkara, atau orang yang menjadi pokok pembicaraan. Objek merupakan syarat mutlak bagi suatu ilmu pengetahuan yang mana setiap ilmu pengetahuan memiliki objek material dan objek formal masing-masing. Objek inilah yang menentukan langkah-langkah dalam satu permasalahan dan begitu juga objek yang membatasi permasalahan tersebut. 

             Objek material psikologi adalah manusia sebagai makhluk yang berjiwa sedangkan objek material dakwah adalah manusia sebagai makhkuk yang bertuhanan. Jadi, objek material psikologi dakwah yaitu manusia sebagai objek psikologi dan sebagai sasaran dakwah. Objek formal psikologi adalah tingkah laku manusia sebagai pernyataan gejala-gejala jiwanya sedangkan objek formal dakwah adalah manusia untuk diarahkan ke jalan Tuhannya. Jadi, objek formal psikologi dakwah yaitu manusia dengan segala tingkah lakunya yang terlibat dalam proses kegiatan dakwah
               Manusia sebagai objek psikologi dakwah memiliki sikap dan tingkah laku yang berbeda satu dengan yang lain. Karena itu, untuk mencapai tujuan dakwah secara maksimal ke arah ajaran agama yang sempurna, seorang da’i harus memperhatikan kondisi sasaran dakwah agar pelaksanaan dakwah mampu melaksanakan pendekatan-pendekatan secara psikologis yang bersifat fleksibel terhadap sasaran dakwah (mad’u). 

 C. Metode Dalam Psikologi Dakwah 

                Berbicara mengenai metode dalam psikologi dakwah, sebenarnya menyangkut beberapa segi yaitu: metode dalam penentuan objek, metode pengumpulan data dan metode dalam menganalisis data. Dalam konteks ini yang disajikan adalah metode dalam pengumpulan data. Metode-metode dalam psikologi dakwah yaitu: 

            1. Observasi 

             Observasi merupakan metode penelitian yang dijalankan secara sistematis dan dengan sengaja di adakan dengan menggunakan alat indra sebagai alat untuk menangkap langsung kejadian-kejadian yang waktu itu terjadi. Agar mendapatkan hasil yang baik, maka salah satu syarat yang dituntut ialah menggunakan alat indra dengan sebaik-baiknya. 

                   Jenis-jenis observasi yaitu: 

            a. Observasi berpatisipasi 

                 Observasi berpatisipasi merupakan observasi yang observer ikut ambil bagian dalam situasi atau keadaan yang akan di observasinya, observer ikut sebagai pemain tidak hanya penonton. Pada umumnya jenis ini di gunakan untuk mengadakan penelitian yang bersifat eksploratif dan untuk satuan-satuan social yang besar dan di lakukan secara mendalam. 

             b. Observasi non-berpatisipasi 

                Observasi jenis ini merupakan kebalikan dari observasi partisipasi yang mana observer tidak ikut ambil bagian secara langsung dalam situasi yang ditelitinya 

           c. Observasi sistematis 

            Observasi ini di laksanakan dengan digunakannya rencana kerangka terlebih dahulu karenanya sering juga disebut sebagai structured observation. 

           d. Observasi non-sistematis 

                   Observasi jenis ini merupakan jenis observasi yang belum menggunakan kategorisasi dan belum menggunakan sistematis hal-hal yang akan diobservasi, segala sesuatunya tergantung keadaan di lapangan. Namun bukan berarti tidak berarti bahwa observasi ini merupakan observasi tidak berencana. Pemanfaatan metode observasi dalam keilmuan psikologi dakwah, dapat digunakan untuk kegiatan memahami berbagai kegiatan keagamaan, terutama memahami segi-segi psikologis masyarakat yang menjadi objek dakwah baik sebagai maupun institusi-institusi social kemasyarakatan yang berbasis agama. 

          2. Kuesioner 

                  Kuesioner atau angket merupakan suatu cara atau metode penelitian dengan menggunakan daftar pertanyaan yang harus di jawab oleh orang yang dikenai atau resposden. Kuesioner merupakan suatu alat untuk menjaring data yang ingin diperoleh sesuai dengan tujuan penelitian. Ada dua pokok yang didapati dalam kuesioner yaitu bagian yang mengandung data identitas dan bagian yang mengandung pertanyaan-pertanyaan yang ingin mendapatkan jawabannya, yaitu bagian yang mengandung informasi yang berkaitan dengan data kenal diri dari orang yang dikenai kuesioner sedangkan bagian yang mengandung pertanyaan-pertanyaan yang ingin diperoleh jawabannya, untuk mengungkap fakta dan atau pendapat dari responden. 

                 Jenis-jenis kuesioner yaitu: 

                a. Kuesioner Tertutup 

          Kuesioner tertutup merupakan kuesioner dengan pertanyaan-pertanyaan yang berbentuk tertutup yaitu bentuk pertanyaan dalam kuesioner dimana respon tinggal memilih jawaban dari alternative-alternative jawaban yang telah disediakan. 

                 b. Kuesioner Terbuka 

              Kuesioner ini mengandung pertanyaan-pertanyaan yang sifat terbuka, yaitu responden masih dapat menjawab dengan sebebas-bebasnya. 

                 c. Kuesioner Terbuka-Tertutup 

           Kuesioner ini mengandung pertanyaan-pertanyaan yang terbuka dan tertutup. Kombinasi antara keduanya adalah usaha untuk mengatasi kelemahan dari masing-masing pihak. 

            Kuesioner merupakan salah satu metode dalam psikologi dakwah, yang dapat digunakan untuk mengetahui berbagai hal dari audience. 

            3. Wawancara 

         Interview atau wawancara juga menggunakan pertanyaan-pertanyaan seperti halnya dalam kuesioner, namun berbeda dari segi pelaksanaannya. 

Adapun tahapan-tahapan dalam wawancara yaitu: 

           a. Pengantar wawancara berupa pembuka, perkenalan dan penyampaian maksud dan tujuan dari wawancara. 

               b. Inti wawancara yaitu tahapan wawancara yang sebenarnya. 

               c. Penutup wawancara yaitu tahapan untuk mengakhiri wawancara. 

Sedangkan jenis-jenis wawancara yaitu:

             a. Wawancara bebas yaitu bentuk wawancara yang memberi kebebasan dalam berpendapat dan berbicara. 

                b. Wawancara terarah yaitu wawancara yang dituntun atau diarahkan oleh peneliti. 

            c. Wawancara bebas-terpimpin merupakan kombinasi kedua bentuk wawancara di atas dimana wawancara di lakukan dengan bebas namun peneliti tetap memberi arahan dalam wawancara. 

               4. Sosiometri 

                Sosiometri merupakan salah satu metode penelitian yang digunakan dalam psikologi social. Dan berdasarkan sifat-sifat dari keilmuan dakwah ternyata dapat memanfaatkan dan menggunakan metode sosiometri dalam rangka memahami intensitas hubungan dengan orang lain. Metode sosiometri biasanya digunakan untuk meneliti kelompok-kelompok yang relative kecil sebab jika terlalu besar jumlah anggotanya maka akan menghadapi kesulitan dalam menganalisisnya khususnya analisis sosiogram. 

               5. Diagnostic Paychis 

                Metode ini menggunakan alat-alat psikodiagnotis tertentu yang hanya dapat digunakan oleh para ahli yang benar-benar terlatih. Alat-alat tersebut dapat digunakan untuk mengukur taraf kecerdasan, arah minat, sikap, struktur kepribadian dan lain-lain dari orang yang akan di periksa. 


 BAB III 
PENUTUP 

A. Kesimpulan 

              Psikologi dakwah adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia (aspek psikis) yang mungkin dapat dimanfaatkan dalam proses pelaksanaan dakwah (aspek dakwah) demi tercapainya tujuan dakwah secara maksimal dan optimal. 

           Sedangkan tujuan dari psikologi dakwah adalah membantu dan memberikan pandangan kepada da’i tentang pola dan tingkah laku para mad’undan hal-hal yang mempengaruhi tingkah laku tersebut yang berkaitan dengan aspek kejiwaan (psikis) sehingga mempermudah para da’i untuk mengajak mereka kepada apa yang dikehendaki oleh ajaran islam. 

            Metode-metode yang di gunakan dalam psikologi dakwah yaitu metode observasi, metode kuisioner, metode wawancara, metode sosiometri dan metode diagnostic paychis yang kesemuanya itu mempunyai kelebihan dan kekurangan dalam penggunaannya. 

 B. Saran 

            Dalam melakukan dakwah islam tidak hanya menggunakan satu metode saja tetapi semua metode sesuai dengan kondisi objek atau sasaran dakwah sehingga dakwah yang di lakukan menjadi efektif dan efisien serta tercapai tujuan dakwah tersebut.