PROSES MASUKNYA ISLAM KE INDONESIA DAN PERKEMBANGAN KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Indonesia merupakan salah satu Negara yang mempunyai
penduduk mayoritas muslim walaupun kedatangan Agama Islam ke Indonesia bukanlah
yang pertama melainkan setelah agama Hindu dan agama Budha. Masuk dan
tersosialisasinya Islam di Nusantara berlangsung secara damai. Ketika itu para
penyebar Islam memilih berbagai unsur local sebagai media komunikasi dakwahnya
sehingga islam memperoleh pengaruh yang begitu luas di Nusantara, serta mengisi
ruang-ruang kosong yang kurang tersentuh proses hinduisasi. Melalui toleransi
semacam itu seni budaya bernafaskan Islam dapat menjadi basis kebudayaan
nasional.
Sejak kehadirannya, kesultanan Islam menjadi
kekuatan vital dalam perdagangan bebas internasional. Anthony Reid bahkan
menyebut masa kesultanan Islam Nusantara sebagai the ageof commerce ( masa perdagangan). Dalam masa perdagangan
bebas internasional ini, kesultanan mencapai kemakmuran yang pada gilirannya
sangat menentukan bagi perkembangan Islam secara keseluruhan di Indonesia.[1]
Di antara kerajaan Islam dimaksud adalah kerajaan
Samudera Pasai, kesultanan Aceh Darussalam, dan Palembang. Di Jawa terdapat antara
lain Kesultanan Demak yang dilanjutkan oleh Kesultanan Pajang, Kesultanan
Mataram, Kesultanan Cirebon dan Banten. Contoh lain adalah Kerajaan Ternate.
Islam masuk ke kerajaan di kepulauan Maluku ini tahun1440. Rajanya seorang
Muslim bernama Bayang Ullah. Walaupun rajanya sudah masuk Islam namun belum
menerapkan Islam sebagai institusi politik. Kesultanan Ternate baru menjadi
institusi politik Islam setelah Kerajaan Ternate menjadi Kesultanan Ternate
dengan sultan pertamanya Sultan Zainal Abidin pada Tahun 1486. Kerajaan lain
yang menjadu representasi Islam di
Maluku adalah Tidore dan Kerajaan Bacan. Selain itu, berkat dakah yang di
lakukan Kerajaan Bacan, banyak kepala-kepala suku di Papua yang memeluk Islam.
Institusi Islam di Kalimantan adalah Kesultanan Sambas, Pontianak, Banjar,
Pasir, Bulungan, Tanjungpura, Mempawah, Sintang, dan Kutai. Di Sulawesi Islam
diterapkan dalam institusi Kerajaan Gowa dan Tallo, Bone, Wajo, Soppeng dan
Luwu. Sementara di Nusa Tenggara penerapan Islam dilaksanakan dalam institusi
Kerajaan Bima.
B.
Rumusan
Masalah
Dari latar belakang diatas maka dapat diambil
rumusan masalah yaitu:
1. Bagaimanakah
proses masuk Islam ke Indonesia?
2. Bagaimanakah
perkembangan Kerajaan Islam di Indonesia?
C.
Tujuan
dan Manfaat
Adapaun
tujuan dan manfaat pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari dosen
pembimbing, selain itu juga untuk:
1. Menjelaskan
proses masuk Islam ke Indonesia
2. Menjelaskan
tentang perkembangan Kerajaan Islam di Indonesia
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah
Masuknya Islam ke Indonesia
1.
Pendapat
Para Sejarawan Tentang Masuknya Islam ke Indonesia
a. Haji
Abdul Malik Karim Ambrullah ( Hamka)
Menurut Hamka, agama Islam masuk ke Indonesia secara
berangsur- angsur dan dimulai pada abad ketujuh Masehi. Agama Islam datang ke
Indonesia dengan dibawa oleh saudagar-saudagar Islam. Saudagar-saudagar
tersebut bukan hanya dari Arab saja, melainkan ada yang berasal dari Persia dan
Gujarat.[2]
b. Muhammad Said
Muhammad Said membuat kesimpulan sumber-sumber sejarah Arab
mengatakan bahwa di Sumatra sejak abad sembilan. Pada abad tersebut di berbagai
bandar sudah banyak pendatang Arab yang beragama Islam. Sebaliknya, menurut
sumber-sumber orang luar (Arab dan Tionghoa) Islam masuk ke Indonesia pada abad
pertama Hijriyah yakni sekitar abad tujuh sampai dengan abad kedelapan.
c. Haji Abu Bakar Aceh
Haji Abu Bakar Aceh memberi kesimpulan Islam masuk ke
Indonesia pertama kali di Aceh. Penyiar Islam pertama tidak hanya dari India
dan Gujarat, akan tetapi ada dari bangsa Arab. Mazhab pertama yang dipeluk di
Aceh adalah Syiah dan Syafi’i.
d. Muljana
Muljana menyimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada
abad kedua belas. Hal ini dikarenakan pada akhir
abad kedua belas ditemukan kerajaan Islam yang
bernama Perlak di daerah pantai timur Sumatra. Kerajaan itu diberi nama
Peureulak karena didirikan oleh para pedagang asing dari Maroko, Persi,
Gujarat, dan Mesir yang sejak awal abad kedua belas sudah menetap di sana.
e. Soetjipto Wirjosoeparto
Menurut Soetjipto Wirjosoeparto, Islam masuk ke Nusantara
melalui Iran atau Persia. Buktinya adalah ejaan dalam tulisan Arab. Barisan di
atas, di bawah, dan baris di depan disebut jabbar
(zabar) dan pes (pejs). Istialah
itu berasal dari bahsa Iran, sedangkan menurut bahasa Arab, ejaannya adalah fathah, kasroh, dan dhommah. Begitu pula huruf sin,
yang tidak bergigi, sedangkan huruf sin
dari bahasa arab adalah bergigi. Selain itu, pemakaian gelar ‘syah’ yang
biasa dipakai di Persia, juga pernah di pergunakan oleh Raja Malaka pada abad
ke-15.
f. Snock Hurgronye dan Moquette dari
Belanda
Menueut Hurgronye Moquette, islam masuk ke Nusantara melalui
Gujarat, indi. Teori ini didasarkan pada kenyataan bahwa berbagai batu nisan di
berbagai tempat di Nusntara, termasuk
makam Maulana Malik Ibrahim di Gresik, mempunyai bentuk yang sama dengan batu
nisan di Cambay, Gujarat, India.
g. Alwi Shihab
Menurut Alwi Shihab, islam pertama kali masuk ke Nusantara
pada abad pertama Hijiriah(absad ke-7 M)dibawa oleh pedagang-pedagang
sufi-Muslim Arab yanag memasuki Cina lewat jarur-jarur bagian barat.kesimpulan
itu didasarkan pada berita Cina deri periode Dinasti Tang yang menyatakan
adanya pemukiman sufi Arab di Cina yang penduduknya diizinkan oleh penguasa
untuk menikmati kebebasan beragama. Cina yang di maksudkan dalam berita Cina
itu adalah gugusan pulau-pulau di Timur jauh, termasuk kepulauan Indonesia.
Jadi, jalur awal penyebaran islam di Indonesia bukanlah dari jarur Arab, India,
dan Persia, melainkan dari Arab langsung.
Berdasarkan pendapat para sejarawan di atas dapat
disimpulkan bahwa yang memperkenalkan Islam di Indonesia adalah para pedagang
dan mubalig dari Gujarat, Persia, Mesir dan Arab.
2.
Teori-teori
tentang masuk islam ke Indonesia
Islam
di Indonesia baik secara historis sosiologis sangat komleks, terdapat banyak
masalah, misalnya tentang sejarah dan perkembangan awal islam. Oleh karena itu.
Para sarjana sering berbeda pendapat. Harus diakui bahwa penulisan sejarah
Indonesia diawali oleh golongan orientalis yang sering ada usaha untuk
meminimalisasi peran islam, disamping usaha para sarjana Muslim yang ingin
mengemukakan fakta sejarah yang lebih jujur.
Sesuatu kenyataan bahwa kedatangan islam ke
Indonesia di lakukan secara damai. Berada dengan penyebaran islam di Timur
Tengah yang dalam beberapa kasus disertai dengan pendudukan wilayah oleh
militer Muslim. Islam dalam batas tertentu disebarkan oleh pedagang, kemudian
dilanjutkan oleh para guru agama (da’i)dan pengembara sufi. Orang yang terlibat
dalam kegiatan dakwah pertama itu tidak bertendensi apa pus selain bertanggung
jawab menunaikan kewajiban tampa pamrih, sehingga nama mereka berlalu begitu
saja. Tidak ada catatan sejarah atau prastati pribadi yang sengaja dibuat
mereka untuk mengabadikan peran mereka, di tambah lagi wilayah Idonesia yang
sangat luas dengan perbedaan kondisi dan situasi. Oleh karena itu, wajar kalau
terjadi perbedan pendapat tentang kapan, dari mana, dan dimana pertama kali
islam dating ke Nusantara.
a. Teori
Gujarat
Dalam
teori Gujarat menyatakan bahwa Islam masuk ke Nusantara dibawa oleh para
pedagang dari Gujarat. Kemudian, Islam masuk ke Indonesia sekitar abad ketiga belas. Hal ini diperkuat dengan
ditemukannya batu nisan pertama Sultan kerajaan Samudra, yakni Malik al-Saleh
yang wafat 1297. Selain itu dasar dari teori ini adalah:
1. Kurangnya
fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam penyebaran Islam di Indonesia.
2. Hubungan
dagang Indonesia dengan India telah lama melalui jalur Indonesia –Cambay –
Timur Tengah – Eropa.
b. Teori
Mekkah
Teori
Makkah merupakan suatu teori yang dihasilkan dari koreksi dan kritik Hamka. Teori
ini merupakan teori baru yang muncul sebagai sanggahan terhadap teori lama yaitu
teori Gujarat. Teori Makkah berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada
abad ke 7 dan pembawanya berasal dari Arab (Mesir). Dasar teori ini adalah:
1. Pada abad ke 7 yaitu tahun 674 di
pantai barat Sumatera sudah terdapat perkampungan Islam (Arab); dengan
pertimbangan bahwa pedagang Arab sudah mendirikan perkampungan di Kanton sejak
abad ke-4. Hal ini juga sesuai dengan berita Cina.
2. Kerajaan Samudra Pasai menganut
aliran mazhab Syafi’i, dimana pengaruh mazhab Syafi’i terbesar pada waktu itu
adalah Mesir dan Mekkah. Sedangkan Gujarat/India adalah penganut mazhab Hanafi.
3. Raja-raja Samudra Pasai menggunakan
gelar Al malik, yaitu gelar tersebut berasal dari Mesir.
c. Teori
Persia
Teori Persia, teori ini lebih
memfokuskan pada kebudayaan yang hidup dalam masyarakat Islam Indonesia yang
dirasakan memiliki persamaan dengan Persia. Teori ini berpendapat bahwa Islam
masuk ke Indonesia abad 13 dan pembawanya berasal dari Persia (Iran). Dasar
teori ini adalah kesamaan budaya Persia dengan budaya masyarakat Islam Indonesia
seperti:
1. Peringatan
10 Muharram atau Asyura atas meninggalnya Hasan dan Husein cucu Nabi Muhammad,
yang sangat di junjung oleh orang Syiah/Islam Iran. Di Sumatra Barat peringatan
tersebut disebut dengan upacara Tabuik/Tabut. Sedangkan di pulau Jawa ditandai
dengan pembuatan bubur Syuro.
2. Kesamaan
ajaran Sufi yang dianut Syaikh Siti Jennar dengan sufi dari Iran yaitu Al –
Hallaj.
3. Penggunaan
istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf Arab untuk tanda-tanda bunyi
Harakat.
4. Ditemukannya
makam Maulana Malik Ibrahim tahun 1419 di Gresik.
5. Adanya
perkampungan Leren/Leran di Giri daerah Gresik. Leren adalah nama salah satu
Pendukung teori ini yaitu Umar Amir Husen dan P.A. Hussein Jayadiningrat.
Ketiga
teori tersebut, pada dasarnya masing-masing memiliki kebenaran dan
kelemahannya. Maka itu berdasarkan teori tersebut dapatlah disimpulkan bahwa
Islam masuk ke Indonesia dengan jalan damai pada abad ke – 7 dan mengalami
perkembangannya pada abad 13. Sebagai pemegang peranan dalam penyebaran
Islam adalah bangsa Arab, bangsa Persia dan Gujarat (India).
Islam adalah bangsa Arab, bangsa Persia dan Gujarat (India).
3.
Proses
Penyebaran Islam ke Indonesia
Proses
penyebaran dan perkembangan agama dan kebudayaan islam melalui beberapa
saluran, di antaranya:[3]
1. Perdagangan
yang dipergunakan sarana pelayaran
2. Dakwah,
yang dilakukan oleh mubalig yang berdatangan bersama para pedagang. Para
mubalig itu bisa jadi juga sufi pengembara.
3. Perkawinan
yaitu, antara pedagang muslim, mubalig dengan anak bangsawan Indonesia. Hal ini
akan mempercepat terbentuknya inti social, yaitu keluarga Muslim dan masyarakat
Muslim. Dengan perkawinan itu secara tiadak langsung orang Muslim tersebut
status sosialnya dipertinggi dengan sifat kharisma kebangsawanan. Lebih-lebih
apabila pedagang besar kawin dengan putri raja, maka keturunannya akan menjadi pejabat birokrasi,
putra mahkota kerajaan, syahbandar, qadi, dan lain-lain.
4. Pendidikan.
Setelah kedudukan para pedagang menetap, mereka menguasai kekuatan ekonomi di
Bandar-bandar seperti Gresik. Pusat-pusat perekonomian itu berkembang menjadi
pusat pendidikan dan penyebaran Islam. Pusat-pusat pendidikan dan dakwah Islam
di Kerajaan Samudra Pasai berperan \sebagai pusat dakwah pertama yang di
datangi pelajar-pelajar dan mengirim mubalig lokal. Selain menjadi pusat-pusat
pendidikan, yang disebut pesantren, di Jawa juga merupakan markas
penggemblengan kadar-kadar politik.
5. Tasawuf
dan tarekat. Para Ulama atau Sufi ada yang diangkat menjadi penasihat dan atau
pejabat agama di Kerajaan baik di Aceh maupun di Jawa. Para sufi menyebarkan
Islam dengan dua cara yaitu pertama dengan
membentuk kader mubalig, agar mampu mengajarkan serta menyebarkan agama Islam
di daerah asal. Kedua, melalui
karya-karya tulis yang tersebar dan dibaca diberbagai tempat.
6. Kesenian.
Saluran yang banyak dipakai untuk penyebaran Islam terutam di jawa adalah seni.
B.
Perkembangan
Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia[4]
1.
Kerajaan
Samudera Pasai
Kerajaaan Samudera Pasai merupakan kerajaan Islam yang pertama Di
Indonesia yang berdiri awal atau pertengahan abad ke-13 M. Kerajaan ini
terletak di Pantai utara Aceh, pada muara sungai Psangan ( Pasai). Pada muara
sungai itu terletak dua kota, yaitu Samudra (agak jauh dari laut) dan Pasai
yang merupakan kota pesisir. Kerajaan ini merupakan kerajaan kembar. Malik
al-Saleh adalah pendiri sekaligus raja pertama kerajaan ini. Hal ini diketahui
melalui cerita lisan secara turun-temurun yang kemudian dibukukan dalam Hikayat Raja-raja Pasai, Hikayat Melayu, dan
juga hasil penelitian atas beberapa sumber yang dilakukan sarjana-sarjana
Barat.
Dalam Hikayat Raja-raja Pasai diceritakan bahwa raja
mereka Merah Selu adalah orang pertama yang memeluk agama Islam di kerajaan
itu. Begitu ia di Islamkan oleh Syekh Ismail, ia merubah namanya menjadi Sultan
Malik al-Shalih, dan kerajaannya disebut kesultanan.
Kerajaan Islam tertua ini menjadi pusat kegiatan
keagamaan yang utama di kepulauan Nusantara kala itu. Disini pula peradaban dan
kebudayaan Islam tumbuh dan mekar. Sebagai kota dagang yang makmur dan pusat
kegiatan keagamaan yang utama di kepulauan Nusantara, Pasai bukan hanya menjadi
tumpuan perhatian para pedagang Arab dan Parsi, tetapi juga menarik perhatian
para ulama dan cendikiawan yang dating ke kota ini dengan tujuan menyebarkan
agama dan mengembangakan ilmu pengetahuan.
Ilmu-ilmu yang diajarkan di lembaga-lembaga
pendidikan Islam antara lain ialah dasar-dasar ajaran Islam, hokum Islam, Ilmu
Kalama tau Teologi, Ilmu Tasawuf, Ilmu tafsir dan Hadis, dan berbagai Ilmu
Pengetahuan lain yang penting bagi penyebaran Islam. Selain itu pengetahuan agama
dan ilmu pengetahuan umum, kesusteraan Arab dan Parsu turut pula diajarkan.
Salah satu karya intelektual yang dihasilkan di Pasai ialah Hikayat Raja-raja Pasai. Kitab ini di
tulis setelah kerajaan ditaklukkan oleh Majapahit pada tahun 1365.
Kerajaan ini bertahan sampai tahun 1521 ketika
Portugis kemudian menguasainya selama tiga tahun. Setelah itu pada tahun 1524
M, kerajaan ini di aneksasi oleh Raja Aceh, Ali Mughayat Syah, untuk
selanjutnya berada dibawah kekuasaan kesultanan Aceh Darussalam.
2.
Kesultanan
Aceh
Aceh semula menjadi daerah taklukan
kerajaan pedir. Namun, dengan jatuhnya Malaka ke tanagn Portugis (tahunn1511)
dan makin surutnya pengaruh kerajaan samutra pasai, maka para pedagang du Selat
Melaka beralih kepelabuhan Aceh(Olele) aceh segera berkembang dengan cepat dan
akhirnya melepaskan diri dari kekuasaan petir.
a.
Politik
Nama aceh memanjak dengan cepat pada abad ke-17. Sejak seluruh aceh
di bawah naungan Aceh Besar yang berpusat di kutaraja. Sultan pertama yang
memerintah dan sekaligus sebagai pendiri kerajaan aceh adalah Sultan Ali
Munghayat Syah pada masa pemerintahan Iskandar Muda, kerajaan mencapai
kemakmuran yang luar biasa. Bandar aceh dibyka menjadi Bandar internasional
dengan jaminan pengamanan gangguan laut dari kapal perang por tugis. Penaklukan
demi melakukan tidak hanya menaklukan terhadap tanah Aceh dan sekitarnya, tapi
juga meluas jauh ke luar Aceh sehingga kekuasaan Aceh membentang dari daerah
Deli sampai dengan Semenanjung Malaka. Namun, usaha Aveh untuk menguasai Malaka
yang diduduku oleh Protugis berulang kali mengalami kegagalan. Sultan iskandar muda wafat pada wafat pada
tahun 1636 dan digantikan oleh menantunya, yaitu Sultan Iskandar Tani. Masa
pemerintahannya tidak lama karena ia tidak memiliki kepribadian dan kecakapan
yang kuat seperti Sultan Iskandar Muda. Pengantinnya adalah permaisurinya
sendiri, yaitu putrid Sultan Iskandar Muda yang bernama Syafi’ataudin.
Sejak Sultan
Ikandar Muda wafat, Aceh terus menerusbmengalami kemunduran . hal ini
disebabkan oleh faktor-faktor antara lain sebagai berikut:
1.
Kekalahan
Aceh melawan Protugis di Malaka dalam perang tahun 1629 membawa korban jiwa dan
harta benda serta kapal-kapal yang cukup besar.
2.
Tidak
adanya tokoh yang cakap pemerintah sepeninggal Sultan Iskandar Muda.
3.
Daerah-daerah
taklukan yang jauh dari pemerintah pusat mulai melepaskan diri dari pengaruh
Aceh, seperti Johor, Perlak, Pahang, Minangkabau, dan siak.
b.
Social
budaya
Pada masa
Sultan Iskandar Muda berkuasa, Aceh mengalami kemajuan, diantara lain
disusunnya suatu undang-undang tentang tata pemerintah ang disebut Adat
Makula Alam . selain itu, bidang sastra dan filsafat di aceh juga mengalami
kemajuan. Pada Zaman itu muncul Hamzah Fansuri, seorang ulama yang mengajarkan
ilmu tasawuf dan pengarang buku tentang filsafat agama islam dan syair
keagamaan. Setelah ia meninggal dunia, ajarannya disebarluaskan oleh salah
seorang muridya, yaitu Syamsudin Pasai.
3.
Kesultanan
Demak
Demak adalah kerajaan Islam pertama di Jawa.
Sebelumnya Demak merupakan daerah vassal Majapahit yang dipercayakan Raja
Majapahit kepada anaknya, Raden Patah. Raden Patah inilah yang kemudian menjadi
raja pertama kesultanan Demak. Kesultanan Demak lambat laun menjadi pusat
perkembangan agama Islam yang
diramaikanoleh para wali. Merekalah yang memimpin penyebaran agama islam
diseluruh Jawa, yang di kenal dengan istilah “Walisongo”. Di Era Walisongolah
berakhir dominasi Hindu-Budha dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan
kebudayaan Islam. Walisongo tinggal di tiga wilayah penting utara Pulau Jawa,
yaitu Surabaya-Gresik-Lamongan di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah
dan Cirebon di Jawa Barat. Walisongo mempunyai andil yang besar dalam
penyebaran Islam di tanah Jawa. Unsur-unsur dalam dalam Islam berusaha
ditanamkan dalam budaya Jawa. Sebaliknya, mereka mengajarkan Islam dengan sikap
toleran pada budaya lokal.
4.
Kesultanan
Pajang
Kesultanan Pajang adalah
pelanjut Kesultanan Demak, yang didirikan oleh Jaka Tingkir, yang berikutnya
lebih dikenal dengan gelar Sultan Ajiwijaya. Kesultanan ini merupakan kerajaan
pertama yang terletak di daerah pedalaman pulau Jawa. Dengan berdirinya
Kesultanan Pajang, sejarah Islam di Jawa memperlihatkan babak baru. Kekuasaan
politik yang semula berpusat di pesisir sekarang berpindah ke daerah pedalaman.
Peralihan pusat politik itu membawa akibat yangsangat beasar bagi perkembangan
peradaban Islam di Jawa. Kesusasteraan dan kesenian keraton yang sudah maju di
Demak dan Jepara lambat laun di kenal di pedalaman Jawa. Pengaruh agama Islam
yang kuat di Pesisir menjalar dan tersebar di daerah pedalaman.
Pada awal berdiri pada
tahun 1549, wilayah kesultanan Pajang hanya meliputi sebagian Jawa Tengah saja,
karena negeri-negeri Jawa Timurbanyak yang melepaskan diri sejak kematian
Sultan Trenggono. Di bawah pemerintahan Sultan Adiwijaya, kesultanan Pajang
berhasil meluas ke berbagai daerah pedalaman sampai ke Madiun, Blora dan
Kediri. Ia juga berhasil menjalin hubungan baik dengan raja-raja di Jawa Timur.
Pada tahun 1581, Sultan Adiwijaya dan para adipati Jawa Timur dipertemukan di
Giri Kedaton oleh Sunan Prapen. Pertemuan itu dihadiri oleh para adipati dari
Japan, Wirasaba, Kediri, Surabaya, Pasuruan, Madiun, Sidayu, Lasem, Tuban dan Pati.
Dalam kesempatan itu, para adipati sepakat mengakui kedaulatan Pajang di atas
negeri-negeri Jawa Timur. Ia mendapatkan pengakuan kekuasaan sebagai raja Islam
dan sultan dari raja-raja terpenting di Jawa Timur.
Pada tahun 1582 Mataram
yang dipimpin oleh Sutawijaya melakukan pemberontakan, karena adik iparnya,
Tumenggung Mayang, dihukum buang oleh Sultan Adiwijaya ke Semarang.
Pemberontakan ini berakhir menjadi perang antara Kesultanan Pajang dan Mataram,
yang dimenangkan oleh pihak Mataram meskipun pasukan Pajang berjumlah lebih
besar. Sepulang dari perang Sultan Ajiwijaya jatuh sakit dan meninggal dunia
pada tahun 1587.
Sepeninggal Sultan,
terjadi persaingan antara putra dan menantunya, yaitu Pangeran Benawa dan Arya
Pangiri sebagai raja selanjutnya. Arya Pangiri didukung oleh Panembahan Kudus
berhasil naik tahta . pemerintahan ini hanya disibukkan dengan usaha balas
dendam terhadap mataram. Kehidupan rakyat Pajang terabaikan, hal ini membuat
Pangeran Benawa merasa prihatin. Lalu Pangeran Benawa bersekutu dengan
Sutawijaya menyerbu Pajang dan Arya Pangiri mengalami kekalahan. Ia
dikembalikan ke Demak, sementara Pangeran Benawa kemudian menjadi Raja yang
ketiga. Pemerintahan Benawa berakhir pada tahun 1587. Tidak ada putra mahkota
yang menggantikannya sehingga Pajang pun menjadi negeri bawahan Mataram.
5.
Kesultanan
Mataram Islam
Kesultanan
Mataram adalah kerajaan Islam di Pulau Jawa yang pernah berdiri pada abad
ke-17. Kerajaan ini dipimpin suatu dinasti keturunan Ki Ageng Sela dan Ki Agene
Pemanahan, yang mengklaim sebagai suatu cabang ningrat keturunan penguasa
Majapahit. Asal-usulnya adalah suatu Kadipaten di bawah Kerajaan Pajang,
berpusat di "Bumi Mentaok" yang diberikan kepada Ki Ageng Pemanahan
sebagai hadiah atas jasanya. Raja berdaulat pertama adalah Sutawijaya
(Panembahan Senapati), putra dari Ki Ageng Pemanahan. Kerajaan Mataram pada
masa keemasannya pernah menyatukan tanah Jawa dan sekitarnya, termasuk Madura.
Negeri ini pernah memerangi VOC di Batavia untuk mencegah semakin berkuasanya
firma dagang itu, namun ironisnya malah harus menerima bantuan VOC pada
masa-masa akhir menjelang keruntuhannya. Mataram merupakan kerajaan berbasis
agraris/pertanian dan relatif lemah secara maritim. Ia meninggalkan beberapa
jejak sejarah yang dapat dilihat hingga kini, seperti kampung Matraman di
Batavia/Jakarta, sistem persawahan di Pantura Jawa Barat, penggunaan hanacaraka
dalam literatur bahasa Sunda, politik feodal di Pasundan, serta beberapa batas
administrasi wilayah yang masih berlaku hingga sekarang.
6.
Kesultanan
Banten
Berawal
ketika Kerajaan Demak memperluas pengaruhnya ke daerah barat. Pada tahun
1524/1525, Sunan Gunung Jati dari Cirebon dibantu pasukan Demak menduduki
pelabuhan Banten, salah satu dari pelabuhan Kerajaan Sunda, dan mendirikan
Kesultanan Banten yang berafiliasi ke Cirebon dan Demak. Menurut sumber
Portugis, sebelumnya Banten merupakan salah satu pelabuhan utama Kerajaan Sunda
selain pelabuhan Pontang, Cigede, Tamgara (Tangerang), Sunda Kelapa dan
Cimanuk.
7.
Kerajaan
Gowa
Kerajaan
Gowa atau kadang ditulis Goa, adalah salah satu kerajaan besar dan paling
sukses yang terdapat di daerah Sulawesi Selatan. Rakyat dari kerajaan ini
berasal dari Suku Makassar yang berdiam di ujung selatan dan pesisir barat
Sulawesi. Wilayah kerajaan ini sekarang berada di bawah Kabupaten Gowa dan
beberapa bagian daerah sekitarnya. Kerajaan ini memiliki raja yang paling
terkenal bergelar Sultan Hasanuddin, yang saat itu melakukan peperangan yang
dikenal dengan Perang Makassar (1666-1669) terhadap VOC yang dibantu oleh
Kerajaan Bone yang dikuasai oleh satu wangsa Suku Bugis dengan rajanya Arung
Palalaka Perang Makassar bukanlah perang antarsuku karena pihak Gowa memiliki
sekutu dari kalangan Bugis; demikian pula pihak Belanda-Bone memiliki sekutu
orang Makassar. Perang Makassar adalah perang terbesar VOC yang pernah
dilakukannya di abad ke-17.
8.
Kerajaan
Tidore
Kerajaan
Tidore adalah Kerajaan islam yang berpusat di wilayah KOta Tidore, Maluku
Utara, Indonesia sekarang. Pada masa kejayaannya (sekitar abad ke-16 sampai
abad ke-18), kerajaan ini menguasai sebagian besar Halmahera selatan, Pulau
Bone, Ambon, dan banyak pulau-pulau di pesisir Papua barat.
Pada tahun 1521, Sultan Mansur dari Tidore menerima Spanyol sebagai sekutu untuk mengimbangi kekuatan Kerajaan Ternate saingannya yang bersekutu dengan Portugis. Setelah mundurnya Spanyol dari wilayah tersebut pada tahun 1663 karena protes dari pihak Portugis sebagai pelanggaran terhadap Perjanjian Tordesillas 1949, Tidore menjadi salah kerajaan paling independen di wilayah Maluku. Terutama di bawah kepemimpinan Sultan Saifuddin (memerintah 1657-1689), Tidore berhasil menolak pengusaan VOC terhadap wilayahnya dan tetap menjadi daerah merdeka hingga akhir abad ke-18.
Pada tahun 1521, Sultan Mansur dari Tidore menerima Spanyol sebagai sekutu untuk mengimbangi kekuatan Kerajaan Ternate saingannya yang bersekutu dengan Portugis. Setelah mundurnya Spanyol dari wilayah tersebut pada tahun 1663 karena protes dari pihak Portugis sebagai pelanggaran terhadap Perjanjian Tordesillas 1949, Tidore menjadi salah kerajaan paling independen di wilayah Maluku. Terutama di bawah kepemimpinan Sultan Saifuddin (memerintah 1657-1689), Tidore berhasil menolak pengusaan VOC terhadap wilayahnya dan tetap menjadi daerah merdeka hingga akhir abad ke-18.
9.
Kerajaan
Ternate
Kerajaan
Gapi atau yang kemudian lebih dikenal sebagai Kerajaan Ternate (mengikuti nama
ibukotanya) adalah salah satu dari 4 kerajaan Islam di Maluku dan merupakan
salah satu kerajaan Islam tertua di Nusantara. Didirikan oleh Baab Mashur
Malamo pada 1257. Kesultanan Ternate memiliki peran penting di kawasan timur
Nusantara antara abad ke-13 hingga abad ke-17. Kesultanan Ternate menikmati
kegemilangan di paruh abad ke -16 berkat perdagangan rempah-rempah dan kekuatan
militernya. Di masa jaya kekuasaannya membentang mencakup wilayah Maluku,
Sulawesi utara, timur dan tengah, bagian selatan kepulauan Filipina hingga
sejauh Kepulauan Marshall di pasifik.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pendapat
para sejarawan di atas dapat disimpulkan bahwa yang memperkenalkan Islam di
Indonesia adalah para pedagang dan mubalig dari Gujarat, Persia, Mesir dan
Arab. Sedangkan berdasarkan teori dapatlah disimpulkan bahwa Islam masuk ke
Indonesia dengan jalan damai pada abad ke – 7 dan mengalami perkembangannya
pada abad 13. Sebagai pemegang peranan dalam penyebaran Islam adalah bangsa
Arab, bangsa Persia dan Gujarat (India).
Saluran-saluran
dalam penyebaran Islam di Indonesia yaitu perdagangan, dakwah, perkawinan,
pendidikan, tasawuf dan tarekat serta kesenian. Sedangkan kerajaan-kerajaan
Islam di Indonesia yaitu kesultnan Samudera Pasai, Kesultanan Aceh, kesultanan
Mataram Islam, Kerajaan Demak, keraan Banten, kerajaan Pajang, kerajaan Tidore,
kerajaan Gowa dan kerajaan ternate
B.
Saran
Penulis menyadari
kekurangan dan ketidaksempurnaan makalah ini, maka dari itu saran dan kritik
sangat penulis harapkan untuk perbaikan makalah selanjutnya.
[1] Helmiati, Sejarah Islam Asia Tenggara, (Pekanbaru: SUSKA PRESS,
2011), hlm. 16
[2] Prof. Dr. M. Habib Mustopo dkk, sejarah, (Jakarta: PT Gralia
Indonesia, 2007), hlm. 50
[3] Prof. Dr. Amsal Bachtiar, MA, Sejarah Peradaban Islam, (
Ciputat, PT. RajaGrafindo Persada, 2005), hlm. 10
[4] DR. Helmiati, M.Ag, Opcit, hlm.17
Prof. Dr.
M. Habib Mustopo dkk, Opcit, hlm. 52