Minggu, 22 November 2015

MAKALAH SEJARAH PERADABAN ISLAM (SPI)

PROSES MASUKNYA ISLAM KE INDONESIA DAN PERKEMBANGAN KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu Negara yang mempunyai penduduk mayoritas muslim walaupun kedatangan Agama Islam ke Indonesia bukanlah yang pertama melainkan setelah agama Hindu dan agama Budha. Masuk dan tersosialisasinya Islam di Nusantara berlangsung secara damai. Ketika itu para penyebar Islam memilih berbagai unsur local sebagai media komunikasi dakwahnya sehingga islam memperoleh pengaruh yang begitu luas di Nusantara, serta mengisi ruang-ruang kosong yang kurang tersentuh proses hinduisasi. Melalui toleransi semacam itu seni budaya bernafaskan Islam dapat menjadi basis kebudayaan nasional.
Sejak kehadirannya, kesultanan Islam menjadi kekuatan vital dalam perdagangan bebas internasional. Anthony Reid bahkan menyebut masa kesultanan Islam Nusantara sebagai the ageof commerce ( masa perdagangan). Dalam masa perdagangan bebas internasional ini, kesultanan mencapai kemakmuran yang pada gilirannya sangat menentukan bagi perkembangan Islam secara keseluruhan di Indonesia.[1]
Di antara kerajaan Islam dimaksud adalah kerajaan Samudera Pasai, kesultanan Aceh Darussalam, dan Palembang. Di Jawa terdapat antara lain Kesultanan Demak yang dilanjutkan oleh Kesultanan Pajang, Kesultanan Mataram, Kesultanan Cirebon dan Banten. Contoh lain adalah Kerajaan Ternate. Islam masuk ke kerajaan di kepulauan Maluku ini tahun1440. Rajanya seorang Muslim bernama Bayang Ullah. Walaupun rajanya sudah masuk Islam namun belum menerapkan Islam sebagai institusi politik. Kesultanan Ternate baru menjadi institusi politik Islam setelah Kerajaan Ternate menjadi Kesultanan Ternate dengan sultan pertamanya Sultan Zainal Abidin pada Tahun 1486. Kerajaan lain yang  menjadu representasi Islam di Maluku adalah Tidore dan Kerajaan Bacan. Selain itu, berkat dakah yang di lakukan Kerajaan Bacan, banyak kepala-kepala suku di Papua yang memeluk Islam. Institusi Islam di Kalimantan adalah Kesultanan Sambas, Pontianak, Banjar, Pasir, Bulungan, Tanjungpura, Mempawah, Sintang, dan Kutai. Di Sulawesi Islam diterapkan dalam institusi Kerajaan Gowa dan Tallo, Bone, Wajo, Soppeng dan Luwu. Sementara di Nusa Tenggara penerapan Islam dilaksanakan dalam institusi Kerajaan Bima.
B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka dapat diambil rumusan masalah yaitu:
1.      Bagaimanakah proses masuk Islam ke Indonesia?
2.      Bagaimanakah perkembangan Kerajaan Islam di Indonesia?
C.    Tujuan dan Manfaat
Adapaun tujuan dan manfaat pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari dosen pembimbing, selain itu juga untuk:
1.      Menjelaskan proses masuk Islam ke Indonesia
2.      Menjelaskan tentang perkembangan Kerajaan Islam di Indonesia

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia
1.      Pendapat Para Sejarawan Tentang Masuknya Islam ke Indonesia
a.       Haji Abdul Malik Karim Ambrullah ( Hamka)
Menurut Hamka, agama Islam masuk ke Indonesia secara berangsur- angsur dan dimulai pada abad ketujuh Masehi. Agama Islam datang ke Indonesia dengan dibawa oleh saudagar-saudagar Islam. Saudagar-saudagar tersebut bukan hanya dari Arab saja, melainkan ada yang berasal dari Persia dan Gujarat.[2]
b.      Muhammad Said
Muhammad Said membuat kesimpulan sumber-sumber sejarah Arab mengatakan bahwa di Sumatra sejak abad sembilan. Pada abad tersebut di berbagai bandar sudah banyak pendatang Arab yang beragama Islam. Sebaliknya, menurut sumber-sumber orang luar (Arab dan Tionghoa) Islam masuk ke Indonesia pada abad pertama Hijriyah yakni sekitar abad tujuh sampai dengan abad kedelapan.
c.       Haji Abu Bakar Aceh
Haji Abu Bakar Aceh memberi kesimpulan Islam masuk ke Indonesia pertama kali di Aceh. Penyiar Islam pertama tidak hanya dari India dan Gujarat, akan tetapi ada dari bangsa Arab. Mazhab pertama yang dipeluk di Aceh adalah Syiah dan Syafi’i.
d.      Muljana
Muljana menyimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad kedua belas. Hal ini dikarenakan pada akhir abad kedua belas ditemukan kerajaan Islam yang bernama Perlak di daerah pantai timur Sumatra. Kerajaan itu diberi nama Peureulak karena didirikan oleh para pedagang asing dari Maroko, Persi, Gujarat, dan Mesir yang sejak awal abad kedua belas sudah menetap di sana.
e.       Soetjipto Wirjosoeparto
Menurut Soetjipto Wirjosoeparto, Islam masuk ke Nusantara melalui Iran atau Persia. Buktinya adalah ejaan dalam tulisan Arab. Barisan di atas, di bawah, dan baris di depan disebut jabbar (zabar) dan pes (pejs). Istialah itu berasal dari bahsa Iran, sedangkan menurut bahasa Arab, ejaannya adalah fathah, kasroh, dan dhommah. Begitu pula huruf sin, yang tidak bergigi, sedangkan huruf sin dari bahasa arab adalah bergigi. Selain itu, pemakaian gelar ‘syah’ yang biasa dipakai di Persia, juga pernah di pergunakan oleh Raja Malaka pada abad ke-15.
f.       Snock Hurgronye dan Moquette dari Belanda
Menueut Hurgronye Moquette, islam masuk ke Nusantara melalui Gujarat, indi. Teori ini didasarkan pada kenyataan bahwa berbagai batu nisan di berbagai  tempat di Nusntara, termasuk makam Maulana Malik Ibrahim di Gresik, mempunyai bentuk yang sama dengan batu nisan di Cambay, Gujarat, India.
g.      Alwi Shihab
Menurut Alwi Shihab, islam pertama kali masuk ke Nusantara pada abad pertama Hijiriah(absad ke-7 M)dibawa oleh pedagang-pedagang sufi-Muslim Arab yanag memasuki Cina lewat jarur-jarur bagian barat.kesimpulan itu didasarkan pada berita Cina deri periode Dinasti Tang yang menyatakan adanya pemukiman sufi Arab di Cina yang penduduknya diizinkan oleh penguasa untuk menikmati kebebasan beragama. Cina yang di maksudkan dalam berita Cina itu adalah gugusan pulau-pulau di Timur jauh, termasuk kepulauan Indonesia. Jadi, jalur awal penyebaran islam di Indonesia bukanlah dari jarur Arab, India, dan Persia, melainkan dari Arab langsung.
Berdasarkan pendapat para sejarawan di atas dapat disimpulkan bahwa yang memperkenalkan Islam di Indonesia adalah para pedagang dan mubalig dari Gujarat, Persia, Mesir dan Arab.
2.      Teori-teori tentang masuk islam ke Indonesia
Islam di Indonesia baik secara historis sosiologis sangat komleks, terdapat banyak masalah, misalnya tentang sejarah dan perkembangan awal islam. Oleh karena itu. Para sarjana sering berbeda pendapat. Harus diakui bahwa penulisan sejarah Indonesia diawali oleh golongan orientalis yang sering ada usaha untuk meminimalisasi peran islam, disamping usaha para sarjana Muslim yang ingin mengemukakan fakta sejarah yang lebih jujur.
Sesuatu kenyataan bahwa kedatangan islam ke Indonesia di lakukan secara damai. Berada dengan penyebaran islam di Timur Tengah yang dalam beberapa kasus disertai dengan pendudukan wilayah oleh militer Muslim. Islam dalam batas tertentu disebarkan oleh pedagang, kemudian dilanjutkan oleh para guru agama (da’i)dan pengembara sufi. Orang yang terlibat dalam kegiatan dakwah pertama itu tidak bertendensi apa pus selain bertanggung jawab menunaikan kewajiban tampa pamrih, sehingga nama mereka berlalu begitu saja. Tidak ada catatan sejarah atau prastati pribadi yang sengaja dibuat mereka untuk mengabadikan peran mereka, di tambah lagi wilayah Idonesia yang sangat luas dengan perbedaan kondisi dan situasi. Oleh karena itu, wajar kalau terjadi perbedan pendapat tentang kapan, dari mana, dan dimana pertama kali islam dating ke Nusantara.
a.       Teori Gujarat
Dalam teori Gujarat menyatakan bahwa Islam masuk ke Nusantara dibawa oleh para pedagang dari Gujarat. Kemudian, Islam masuk ke Indonesia sekitar abad ketiga belas. Hal ini diperkuat dengan ditemukannya batu nisan pertama Sultan kerajaan Samudra, yakni Malik al-Saleh yang wafat 1297. Selain itu dasar dari teori ini adalah:
1.      Kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam penyebaran Islam di Indonesia.
2.      Hubungan dagang Indonesia dengan India telah lama melalui jalur Indonesia –Cambay – Timur Tengah – Eropa.
b.      Teori Mekkah
Teori Makkah merupakan suatu teori yang dihasilkan dari koreksi dan kritik Hamka. Teori ini merupakan teori baru yang muncul sebagai sanggahan terhadap teori lama yaitu teori Gujarat. Teori Makkah berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 7 dan pembawanya berasal dari Arab (Mesir). Dasar teori ini adalah:
1.      Pada abad ke 7 yaitu tahun 674 di pantai barat Sumatera sudah terdapat perkampungan Islam (Arab); dengan pertimbangan bahwa pedagang Arab sudah mendirikan perkampungan di Kanton sejak abad ke-4. Hal ini juga sesuai dengan berita Cina.
2.      Kerajaan Samudra Pasai menganut aliran mazhab Syafi’i, dimana pengaruh mazhab Syafi’i terbesar pada waktu itu adalah Mesir dan Mekkah. Sedangkan Gujarat/India adalah penganut mazhab Hanafi.
3.      Raja-raja Samudra Pasai menggunakan gelar Al malik, yaitu gelar tersebut berasal dari Mesir.
c.       Teori Persia
Teori Persia, teori ini lebih memfokuskan pada kebudayaan yang hidup dalam masyarakat Islam Indonesia yang dirasakan memiliki persamaan dengan Persia. Teori ini berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia abad 13 dan pembawanya berasal dari Persia (Iran). Dasar teori ini adalah kesamaan budaya Persia dengan budaya masyarakat Islam Indonesia seperti:
1.      Peringatan 10 Muharram atau Asyura atas meninggalnya Hasan dan Husein cucu Nabi Muhammad, yang sangat di junjung oleh orang Syiah/Islam Iran. Di Sumatra Barat peringatan tersebut disebut dengan upacara Tabuik/Tabut. Sedangkan di pulau Jawa ditandai dengan pembuatan bubur Syuro.
2.      Kesamaan ajaran Sufi yang dianut Syaikh Siti Jennar dengan sufi dari Iran yaitu Al – Hallaj.
3.      Penggunaan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf Arab untuk tanda-tanda bunyi Harakat.
4.      Ditemukannya makam Maulana Malik Ibrahim tahun 1419 di Gresik.
5.      Adanya perkampungan Leren/Leran di Giri daerah Gresik. Leren adalah nama salah satu Pendukung teori ini yaitu Umar Amir Husen dan P.A. Hussein Jayadiningrat.
Ketiga teori tersebut, pada dasarnya masing-masing memiliki kebenaran dan kelemahannya. Maka itu berdasarkan teori tersebut dapatlah disimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesia dengan jalan damai pada abad ke – 7 dan mengalami perkembangannya pada abad 13. Sebagai pemegang peranan dalam penyebaran
Islam adalah bangsa Arab, bangsa Persia dan Gujarat (India).
3.      Proses Penyebaran Islam ke Indonesia
Proses penyebaran dan perkembangan agama dan kebudayaan islam melalui beberapa saluran, di antaranya:[3]
1.      Perdagangan yang dipergunakan sarana pelayaran
2.      Dakwah, yang dilakukan oleh mubalig yang berdatangan bersama para pedagang. Para mubalig itu bisa jadi juga sufi pengembara.
3.      Perkawinan yaitu, antara pedagang muslim, mubalig dengan anak bangsawan Indonesia. Hal ini akan mempercepat terbentuknya inti social, yaitu keluarga Muslim dan masyarakat Muslim. Dengan perkawinan itu secara tiadak langsung orang Muslim tersebut status sosialnya dipertinggi dengan sifat kharisma kebangsawanan. Lebih-lebih apabila pedagang besar kawin dengan putri raja, maka  keturunannya akan menjadi pejabat birokrasi, putra mahkota kerajaan, syahbandar, qadi, dan lain-lain.
4.      Pendidikan. Setelah kedudukan para pedagang menetap, mereka menguasai kekuatan ekonomi di Bandar-bandar seperti Gresik. Pusat-pusat perekonomian itu berkembang menjadi pusat pendidikan dan penyebaran Islam. Pusat-pusat pendidikan dan dakwah Islam di Kerajaan Samudra Pasai berperan \sebagai pusat dakwah pertama yang di datangi pelajar-pelajar dan mengirim mubalig lokal. Selain menjadi pusat-pusat pendidikan, yang disebut pesantren, di Jawa juga merupakan markas penggemblengan kadar-kadar politik.
5.      Tasawuf dan tarekat. Para Ulama atau Sufi ada yang diangkat menjadi penasihat dan atau pejabat agama di Kerajaan baik di Aceh maupun di Jawa. Para sufi menyebarkan Islam dengan dua cara yaitu pertama dengan membentuk kader mubalig, agar mampu mengajarkan serta menyebarkan agama Islam di daerah asal. Kedua, melalui karya-karya tulis yang tersebar dan dibaca diberbagai tempat.
6.      Kesenian. Saluran yang banyak dipakai untuk penyebaran Islam terutam di jawa adalah seni.
B.     Perkembangan Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia[4]
1.      Kerajaan Samudera Pasai
Kerajaaan Samudera Pasai  merupakan kerajaan Islam yang pertama Di Indonesia yang berdiri awal atau pertengahan abad ke-13 M. Kerajaan ini terletak di Pantai utara Aceh, pada muara sungai Psangan ( Pasai). Pada muara sungai itu terletak dua kota, yaitu Samudra (agak jauh dari laut) dan Pasai yang merupakan kota pesisir. Kerajaan ini merupakan kerajaan kembar. Malik al-Saleh adalah pendiri sekaligus raja pertama kerajaan ini. Hal ini diketahui melalui cerita lisan secara turun-temurun yang kemudian dibukukan dalam Hikayat Raja-raja Pasai, Hikayat Melayu, dan juga hasil penelitian atas beberapa sumber yang dilakukan sarjana-sarjana Barat.
Dalam Hikayat Raja-raja Pasai diceritakan bahwa raja mereka Merah Selu adalah orang pertama yang memeluk agama Islam di kerajaan itu. Begitu ia di Islamkan oleh Syekh Ismail, ia merubah namanya menjadi Sultan Malik al-Shalih, dan kerajaannya disebut kesultanan.
Kerajaan Islam tertua ini menjadi pusat kegiatan keagamaan yang utama di kepulauan Nusantara kala itu. Disini pula peradaban dan kebudayaan Islam tumbuh dan mekar. Sebagai kota dagang yang makmur dan pusat kegiatan keagamaan yang utama di kepulauan Nusantara, Pasai bukan hanya menjadi tumpuan perhatian para pedagang Arab dan Parsi, tetapi juga menarik perhatian para ulama dan cendikiawan yang dating ke kota ini dengan tujuan menyebarkan agama dan mengembangakan ilmu pengetahuan.
Ilmu-ilmu yang diajarkan di lembaga-lembaga pendidikan Islam antara lain ialah dasar-dasar ajaran Islam, hokum Islam, Ilmu Kalama tau Teologi, Ilmu Tasawuf, Ilmu tafsir dan Hadis, dan berbagai Ilmu Pengetahuan lain yang penting bagi penyebaran Islam. Selain itu pengetahuan agama dan ilmu pengetahuan umum, kesusteraan Arab dan Parsu turut pula diajarkan. Salah satu karya intelektual yang dihasilkan di Pasai ialah Hikayat Raja-raja Pasai. Kitab ini di tulis setelah kerajaan ditaklukkan oleh Majapahit pada tahun 1365.
Kerajaan ini bertahan sampai tahun 1521 ketika Portugis kemudian menguasainya selama tiga tahun. Setelah itu pada tahun 1524 M, kerajaan ini di aneksasi oleh Raja Aceh, Ali Mughayat Syah, untuk selanjutnya berada dibawah kekuasaan kesultanan Aceh Darussalam.
2.      Kesultanan Aceh
Aceh semula menjadi daerah taklukan kerajaan pedir. Namun, dengan jatuhnya Malaka ke tanagn Portugis (tahunn1511) dan makin surutnya pengaruh kerajaan samutra pasai, maka para pedagang du Selat Melaka beralih kepelabuhan Aceh(Olele) aceh segera berkembang dengan cepat dan akhirnya melepaskan diri dari kekuasaan petir.
a.       Politik
Nama aceh memanjak dengan cepat pada abad ke-17. Sejak seluruh aceh di bawah naungan Aceh Besar yang berpusat di kutaraja. Sultan pertama yang memerintah dan sekaligus sebagai pendiri kerajaan aceh adalah Sultan Ali Munghayat Syah pada masa pemerintahan Iskandar Muda, kerajaan mencapai kemakmuran yang luar biasa. Bandar aceh dibyka menjadi Bandar internasional dengan jaminan pengamanan gangguan laut dari kapal perang por tugis. Penaklukan demi melakukan tidak hanya menaklukan terhadap tanah Aceh dan sekitarnya, tapi juga meluas jauh ke luar Aceh sehingga kekuasaan Aceh membentang dari daerah Deli sampai dengan Semenanjung Malaka. Namun, usaha Aveh untuk menguasai Malaka yang diduduku oleh Protugis berulang kali mengalami kegagalan.  Sultan iskandar muda wafat pada wafat pada tahun 1636 dan digantikan oleh menantunya, yaitu Sultan Iskandar Tani. Masa pemerintahannya tidak lama karena ia tidak memiliki kepribadian dan kecakapan yang kuat seperti Sultan Iskandar Muda. Pengantinnya adalah permaisurinya sendiri, yaitu putrid Sultan Iskandar Muda yang bernama Syafi’ataudin.
            Sejak Sultan Ikandar Muda wafat, Aceh terus menerusbmengalami kemunduran . hal ini disebabkan oleh faktor-faktor antara lain sebagai berikut:
1.      Kekalahan Aceh melawan Protugis di Malaka dalam perang tahun 1629 membawa korban jiwa dan harta benda serta kapal-kapal yang cukup besar.
2.      Tidak adanya tokoh yang cakap pemerintah sepeninggal Sultan Iskandar Muda.
3.      Daerah-daerah taklukan yang jauh dari pemerintah pusat mulai melepaskan diri dari pengaruh Aceh, seperti Johor, Perlak, Pahang, Minangkabau, dan siak.
b.      Social budaya
Pada masa Sultan Iskandar Muda berkuasa, Aceh mengalami kemajuan, diantara lain disusunnya suatu undang-undang tentang tata pemerintah ang disebut Adat Makula Alam . selain itu, bidang sastra dan filsafat di aceh juga mengalami kemajuan. Pada Zaman itu muncul Hamzah Fansuri, seorang ulama yang mengajarkan ilmu tasawuf dan pengarang buku tentang filsafat agama islam dan syair keagamaan. Setelah ia meninggal dunia, ajarannya disebarluaskan oleh salah seorang muridya, yaitu Syamsudin Pasai.
3.      Kesultanan Demak
Demak adalah kerajaan Islam pertama di Jawa. Sebelumnya Demak merupakan daerah vassal Majapahit yang dipercayakan Raja Majapahit kepada anaknya, Raden Patah. Raden Patah inilah yang kemudian menjadi raja pertama kesultanan Demak. Kesultanan Demak lambat laun menjadi pusat perkembangan agama Islam  yang diramaikanoleh para wali. Merekalah yang memimpin penyebaran agama islam diseluruh Jawa, yang di kenal dengan istilah “Walisongo”. Di Era Walisongolah berakhir dominasi Hindu-Budha dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Walisongo tinggal di tiga wilayah penting utara Pulau Jawa, yaitu Surabaya-Gresik-Lamongan di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah dan Cirebon di Jawa Barat. Walisongo mempunyai andil yang besar dalam penyebaran Islam di tanah Jawa. Unsur-unsur dalam dalam Islam berusaha ditanamkan dalam budaya Jawa. Sebaliknya, mereka mengajarkan Islam dengan sikap toleran pada budaya lokal.
4.      Kesultanan Pajang
Kesultanan Pajang adalah pelanjut Kesultanan Demak, yang didirikan oleh Jaka Tingkir, yang berikutnya lebih dikenal dengan gelar Sultan Ajiwijaya. Kesultanan ini merupakan kerajaan pertama yang terletak di daerah pedalaman pulau Jawa. Dengan berdirinya Kesultanan Pajang, sejarah Islam di Jawa memperlihatkan babak baru. Kekuasaan politik yang semula berpusat di pesisir sekarang berpindah ke daerah pedalaman. Peralihan pusat politik itu membawa akibat yangsangat beasar bagi perkembangan peradaban Islam di Jawa. Kesusasteraan dan kesenian keraton yang sudah maju di Demak dan Jepara lambat laun di kenal di pedalaman Jawa. Pengaruh agama Islam yang kuat di Pesisir menjalar dan tersebar di daerah pedalaman.
Pada awal berdiri pada tahun 1549, wilayah kesultanan Pajang hanya meliputi sebagian Jawa Tengah saja, karena negeri-negeri Jawa Timurbanyak yang melepaskan diri sejak kematian Sultan Trenggono. Di bawah pemerintahan Sultan Adiwijaya, kesultanan Pajang berhasil meluas ke berbagai daerah pedalaman sampai ke Madiun, Blora dan Kediri. Ia juga berhasil menjalin hubungan baik dengan raja-raja di Jawa Timur. Pada tahun 1581, Sultan Adiwijaya dan para adipati Jawa Timur dipertemukan di Giri Kedaton oleh Sunan Prapen. Pertemuan itu dihadiri oleh para adipati dari Japan, Wirasaba, Kediri, Surabaya, Pasuruan, Madiun, Sidayu, Lasem, Tuban dan Pati. Dalam kesempatan itu, para adipati sepakat mengakui kedaulatan Pajang di atas negeri-negeri Jawa Timur. Ia mendapatkan pengakuan kekuasaan sebagai raja Islam dan sultan dari raja-raja terpenting di Jawa Timur.
Pada tahun 1582 Mataram yang dipimpin oleh Sutawijaya melakukan pemberontakan, karena adik iparnya, Tumenggung Mayang, dihukum buang oleh Sultan Adiwijaya ke Semarang. Pemberontakan ini berakhir menjadi perang antara Kesultanan Pajang dan Mataram, yang dimenangkan oleh pihak Mataram meskipun pasukan Pajang berjumlah lebih besar. Sepulang dari perang Sultan Ajiwijaya jatuh sakit dan meninggal dunia pada tahun 1587.
Sepeninggal Sultan, terjadi persaingan antara putra dan menantunya, yaitu Pangeran Benawa dan Arya Pangiri sebagai raja selanjutnya. Arya Pangiri didukung oleh Panembahan Kudus berhasil naik tahta . pemerintahan ini hanya disibukkan dengan usaha balas dendam terhadap mataram. Kehidupan rakyat Pajang terabaikan, hal ini membuat Pangeran Benawa merasa prihatin. Lalu Pangeran Benawa bersekutu dengan Sutawijaya menyerbu Pajang dan Arya Pangiri mengalami kekalahan. Ia dikembalikan ke Demak, sementara Pangeran Benawa kemudian menjadi Raja yang ketiga. Pemerintahan Benawa berakhir pada tahun 1587. Tidak ada putra mahkota yang menggantikannya sehingga Pajang pun menjadi negeri bawahan Mataram.
5.      Kesultanan Mataram Islam
Kesultanan Mataram adalah kerajaan Islam di Pulau Jawa yang pernah berdiri pada abad ke-17. Kerajaan ini dipimpin suatu dinasti keturunan Ki Ageng Sela dan Ki Agene Pemanahan, yang mengklaim sebagai suatu cabang ningrat keturunan penguasa Majapahit. Asal-usulnya adalah suatu Kadipaten di bawah Kerajaan Pajang, berpusat di "Bumi Mentaok" yang diberikan kepada Ki Ageng Pemanahan sebagai hadiah atas jasanya. Raja berdaulat pertama adalah Sutawijaya (Panembahan Senapati), putra dari Ki Ageng Pemanahan. Kerajaan Mataram pada masa keemasannya pernah menyatukan tanah Jawa dan sekitarnya, termasuk Madura. Negeri ini pernah memerangi VOC di Batavia untuk mencegah semakin berkuasanya firma dagang itu, namun ironisnya malah harus menerima bantuan VOC pada masa-masa akhir menjelang keruntuhannya. Mataram merupakan kerajaan berbasis agraris/pertanian dan relatif lemah secara maritim. Ia meninggalkan beberapa jejak sejarah yang dapat dilihat hingga kini, seperti kampung Matraman di Batavia/Jakarta, sistem persawahan di Pantura Jawa Barat, penggunaan hanacaraka dalam literatur bahasa Sunda, politik feodal di Pasundan, serta beberapa batas administrasi wilayah yang masih berlaku hingga sekarang.
6.      Kesultanan Banten
Berawal ketika Kerajaan Demak memperluas pengaruhnya ke daerah barat. Pada tahun 1524/1525, Sunan Gunung Jati dari Cirebon dibantu pasukan Demak menduduki pelabuhan Banten, salah satu dari pelabuhan Kerajaan Sunda, dan mendirikan Kesultanan Banten yang berafiliasi ke Cirebon dan Demak. Menurut sumber Portugis, sebelumnya Banten merupakan salah satu pelabuhan utama Kerajaan Sunda selain pelabuhan Pontang, Cigede, Tamgara (Tangerang), Sunda Kelapa dan Cimanuk.
7.      Kerajaan Gowa
Kerajaan Gowa atau kadang ditulis Goa, adalah salah satu kerajaan besar dan paling sukses yang terdapat di daerah Sulawesi Selatan. Rakyat dari kerajaan ini berasal dari Suku Makassar yang berdiam di ujung selatan dan pesisir barat Sulawesi. Wilayah kerajaan ini sekarang berada di bawah Kabupaten Gowa dan beberapa bagian daerah sekitarnya. Kerajaan ini memiliki raja yang paling terkenal bergelar Sultan Hasanuddin, yang saat itu melakukan peperangan yang dikenal dengan Perang Makassar (1666-1669) terhadap VOC yang dibantu oleh Kerajaan Bone yang dikuasai oleh satu wangsa Suku Bugis dengan rajanya Arung Palalaka Perang Makassar bukanlah perang antarsuku karena pihak Gowa memiliki sekutu dari kalangan Bugis; demikian pula pihak Belanda-Bone memiliki sekutu orang Makassar. Perang Makassar adalah perang terbesar VOC yang pernah dilakukannya di abad ke-17.
8.      Kerajaan Tidore
Kerajaan Tidore adalah Kerajaan islam yang berpusat di wilayah KOta Tidore, Maluku Utara, Indonesia sekarang. Pada masa kejayaannya (sekitar abad ke-16 sampai abad ke-18), kerajaan ini menguasai sebagian besar Halmahera selatan, Pulau Bone, Ambon, dan banyak pulau-pulau di pesisir Papua barat.
Pada tahun 1521, Sultan Mansur dari Tidore menerima Spanyol sebagai sekutu untuk mengimbangi kekuatan Kerajaan Ternate saingannya yang bersekutu dengan Portugis. Setelah mundurnya Spanyol dari wilayah tersebut pada tahun 1663 karena protes dari pihak Portugis sebagai pelanggaran terhadap Perjanjian Tordesillas 1949, Tidore menjadi salah kerajaan paling independen di wilayah Maluku. Terutama di bawah kepemimpinan Sultan Saifuddin (memerintah 1657-1689), Tidore berhasil menolak pengusaan  VOC terhadap wilayahnya dan tetap menjadi daerah merdeka hingga akhir abad ke-18.
9.      Kerajaan Ternate
Kerajaan Gapi atau yang kemudian lebih dikenal sebagai Kerajaan Ternate (mengikuti nama ibukotanya) adalah salah satu dari 4 kerajaan Islam di Maluku dan merupakan salah satu kerajaan Islam tertua di Nusantara. Didirikan oleh Baab Mashur Malamo pada 1257. Kesultanan Ternate memiliki peran penting di kawasan timur Nusantara antara abad ke-13 hingga abad ke-17. Kesultanan Ternate menikmati kegemilangan di paruh abad ke -16 berkat perdagangan rempah-rempah dan kekuatan militernya. Di masa jaya kekuasaannya membentang mencakup wilayah Maluku, Sulawesi utara, timur dan tengah, bagian selatan kepulauan Filipina hingga sejauh Kepulauan Marshall di pasifik.








BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Pendapat para sejarawan di atas dapat disimpulkan bahwa yang memperkenalkan Islam di Indonesia adalah para pedagang dan mubalig dari Gujarat, Persia, Mesir dan Arab. Sedangkan berdasarkan teori dapatlah disimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesia dengan jalan damai pada abad ke – 7 dan mengalami perkembangannya pada abad 13. Sebagai pemegang peranan dalam penyebaran Islam adalah bangsa Arab, bangsa Persia dan Gujarat (India).
Saluran-saluran dalam penyebaran Islam di Indonesia yaitu perdagangan, dakwah, perkawinan, pendidikan, tasawuf dan tarekat serta kesenian. Sedangkan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia yaitu kesultnan Samudera Pasai, Kesultanan Aceh, kesultanan Mataram Islam, Kerajaan Demak, keraan Banten, kerajaan Pajang, kerajaan Tidore, kerajaan Gowa dan kerajaan ternate
B.     Saran
Penulis menyadari kekurangan dan ketidaksempurnaan makalah ini, maka dari itu saran dan kritik sangat penulis harapkan untuk perbaikan makalah selanjutnya.


[1] Helmiati, Sejarah Islam Asia Tenggara, (Pekanbaru: SUSKA PRESS, 2011), hlm. 16
[2] Prof. Dr. M. Habib Mustopo dkk, sejarah, (Jakarta: PT Gralia Indonesia, 2007), hlm. 50
[3] Prof. Dr. Amsal Bachtiar, MA, Sejarah Peradaban Islam, ( Ciputat, PT. RajaGrafindo Persada, 2005), hlm. 10
[4] DR. Helmiati, M.Ag, Opcit, hlm.17
Prof. Dr. M. Habib Mustopo dkk, Opcit, hlm. 52